Timnas Denmark 1992

Akhir Juni 1992, masyarakat Denmark bersuka cita. Di Kopenhagen, ribuan pendukung Timnas Denmark memadati halaman balai kota. Ya, Denmark sukses mengukir tinta emas di sejarah panjang sepakbola mereka. Di Swedia, tim Dinamait untuk pertama kalinya-hingga kini prestasi itu tak bias di ukir – menjuarai Piala Eropa.

Melihat status mereka, jelas prestasi luar biasa mengingat di turnamen itu, denmark hanya tim pengganti. Karena berstatuskan sebagai Runner-up terbaik, mereka di tunjuk menggantikan Yugoslavia yang bermasalah dengan politiknya.

"Aku harus menyakinkan diriku sendiri bahwa aku tidak sedang bermimpi. Ini kenyataan," ujar kapten kesebelasan Denmark, Lars Olssen, saat penyambutan di denmark waktu itu. Padahal, mereka tak cukup persiapan. Pelatih denmark saat itu, Richard Moller Nielsen, hanya punya sepuluh hari menyiapkan tim.

Para pemain juga kurang siap. Ketika diumumkan menggantikan Yugoslavia, banyak di antara pemain Denmark yang akan berangkat liburan. Untungnya, beberapa pilar tim yang bermain di luar denmark, Sedang mudik. Saat itu, Flemming Povlsen, Hendrik Anderson, Peter Schmeichel berada di Denmark.

Sadar tak punya persiapan cukup, Nielsen hanya berdiskusi dengan para pemain. Tak munkin buatnya untuk memulai dari nol. "MEreka benar-benar tim professional. Mereka tahu apa yang harus di lakukan di luar dan di dalam lapangan," jelas pelatih yang biasa di sapa Richardo ini.



BERUNTUNG DI SEMIFINAL

Selama turnamen Nielsen tak memberikan aturan ketat terhadap pemain. Brian Laudrup cs di bebaskan melakukan aktivitas apapun selama tak menggangu kondisi pemain jelang pertandingan. "Berkumpul dengan orang-orang yang di cintai bagus untuk pemain. Asal tidak dilakukan pada saat setengah main," kelakar Nielsen

Aturan-aturan yang tak ketat ini malah membuat Denmark tampil tanpa beban. Di babak penyisihan Grup A, mereka bukan tim yang mudah dikalahkan. Dari tiga pertandingan, menuai tiga poin hasil dari imbang dengan Inggris (0-0), kalah dari Swedia (0-1), dan menang atas Perancis (2-1). Denmark lolos dengan status peringkat kedua.

Di semifinal, keberuntungan kembali berpihak. Menghadapi juara bertahan Piala Eropa 1988 Belanda, Danish Dynamite menang lewat babak penalty. Sebenarnya saat melawan Belanda, lewat Larsen, Denmark sempat membuat gol lebih dulu. Sayang kematangan Dennis Bergkamp dan Frank Rijkaard membuat pertandingan berlanjut hingga adu penalty.

Nah, di babak yang disebut sarat keberuntungan itu, status bukan tim unggulan membuat algojo-algojo denmark tampil tanpa beban. Lima eksekutornya sukses menjalankan tugas.

Sebaliknya kubu Belanda yang menyandang beban berat, sedikit tertekan. Satu eksekutornya Marco van Basten gagal mengeksekusi penalty. Tendangannya berhasil diblok kipper legendaris Denmark Peter Schmeichel.

Denmark lolos ke partai puncak. Di partai pamungkas ini mereka bertemu Jerman. Saat itu tak ada satupun yang menjagokan Denmark. Materi pemain kedua tim ibarat David dan Goliath.

Di perkuat pemain-pemain sekelas Bodo Illgner, Thomas Helmer, Stevan Reuter, Juergen Kohler, Guido Buchwald, Andreas Brehme, Thomas Hassler, Mattias Sammer, Stefan Effenberg, Karl Heinz Riedle, Juergen Klinsmann, Jerman sangat di unggulkan.

Tapi, bola itu bulat. Denmark sukses mencetak dua gol tanpa balas. "Banyak orang mengatakan vahwa kami bukan tim terbaik. Tapi menurutku, bias mengalahkan Jerman dan Belanda, sangat layak untuk dikatakan tim ini sangat baik," kata Brian Laudrup.
Previous
This Is The Oldest Page

You might also like