v
|
i
|
2.2.1 RANGKAIAN SERI
Hubungan seri pada resistor terjadi bila antara
resistor-resistor tersebut dilalui oleh arus yang sama :
IR1 = IR2 = IRn
Untuk mendapatkan
tahanan pengganti dari resistor yang terhubung seri adalah dengan menjumlahkan
resistor-resistor tersebut
Rs
=
Rs
= R1 + R2 + ... + RN
2.2.2 RANGKAIAN PARALEL
Hubungan paralel pada resistor terjadi bila
tegangan jatuh antara resistor-resistor tersebut sama :
VR1 = VR2 = VRn
Untuk mendapatkan
tahanan pengganti dari resistor yang terhubung seri adalah dengan menjumlahkan
konduktansi dari resistor-resistor tersebut
Tahananan total dua resistor paralel :
ContohSoal:
1. Perhatikan
gambar di bawah ini!
Berapakah besar
arus (I) pada rangkaian di atas?
Penyelesaian:
Diketahui
: R1 = 28 Ω
R2 = 6 Ω
R3 =
3 Ω
E = 15 volt
Ditanya
:I . . . . ?
Rt=Rp+ R1
= 2 + 28
= 30 Ω
|
|
a. b.
|
c.
PEMBAGIARUS DAN TEGANGAN
2.3.1 PEMBAGI ARUS
Apabila dua resistor terpasang paralel pada
titik simpul yang sama maka, resistor paralel tersebut akan membagi arus
sumber.
Arus yang mengalir pada
resistor sebanding dengan besar tahanan lain dan berbanding terbalik dengan
jumlah total resistor paralel tersebut.
2.3.1 PEMBAGI TEGANGAN
Apabila dua resistor terpasang seri, maka
resistor tersebut akan membagi tegangan sumber menjadi tegangan jatuh
masing-masing resistor.
Tegangan jatuh pada
resistor sebanding dengan besar resistor itu sendiri dan berbanding terbalik
dengan jumlah total resistor seri tersebut.
CONTOH 1:
Ditanya : a) V0
+
Vo
_
|
Penyelesaian :
P = 6 W
maka
V02 = P. R0
= 6 . 6
= 36
V0 = 6 Volt
V0 = 6 Volt
Vs = i. Rs
= (V0/R0).(Rs)
= (6/6).(2+4+6+28)
= 40 Volt
CONTOH 2:
Jika sebuah tahanan terhubung
seri dengan sumber 12 volt sehingga arus yang mengalir 28 mA. Bila ditambahkan
R1 secara seri antara sumber dan tahanan tersebut, berapa R1
? jika tegangan jatuh pada rangkaian tersebut
8 volt?
Penyelesaian :
Pembagi tegangan:
R1=857,14 W
.
CONTOH 3:
Diketahui gambar :
Ditanya : a) V pada R = 8 W
b)
i pada R = 12 W
Penyelesaian :
ANALISA TITIK SIMPUL
Analisis simpul ( Nodal Analysis) adalah metoda
analisis rangkaian yang berdasarkan pada prinsip Hukum Kirchoff Arus (KCL).
Rangkaian yang dianalisis pada bab ini adalah rangkaian planar yaitu jenis
rangkaian dimana tidak ada cabang yang saling tumpang tindih.
Titik simpul adalah titik yang merupakan sambungan
antara dua atau lebih elemen.
Ada dua macam titik simpul yang ada pada
rangkaian, yaitu titik simpul biasa dan titik simpul referensi. Titik simpul
referensi dipilih dari suatu titik simpul yang mempunyai paling banyak cabang
yang terhubung dengan titik simpul tersebut. Biasanya dipilih yang berada di
bagian bawah rangkaian.
Apabila suatu rangkaian mempunyai N buah titik
simpul (termasuk titik simpul referensi) maka persamaan KCL yang dihasilkan N-1
buah.
Persamaan KCL ini biasanya dituliskan dalam bentuk
matrik :
Variabel yang dicari dalam analisis titik simpul
adalah tegangan pada titik simpul.
4.1.1 Rangkaian dengan
Sumber Arus
Perhatikan rangkaian
yang mengandung sumber arus dibawah ini :
Tuliskan persamaan KCl pada
masing-masing titik simpul.
Pada titik simpul 1:
Pada titik simpul 2:
Persamaan (1) dan (2) kita tuliskan
dalam bentuk matrik :
Tegangan pada titik simpul 1 dan 2, dapat dicari
dengan menggunakan metode determinan untuk matrik konduktansi orde 2x2 atau
aturan Cramer untuk matrik konduktansi orde 3x3 atau lebih.
4.1.2 Rangkaian dengan
Sumber Tegangan
Perhatikan rangkaian
yang mengandung sumber arus dibawah ini :
Tuliskan persamaan KCl pada masing-masing
titik simpul.
Pada titik simpul 1:
Pada titik simpul 2:
Persamaan (1) dan (2) kita tuliskan
dalam bentuk matrik :
Tegangan pada titik simpul 1 dan 2, dapat dicari
dengan menggunakan metode determinan untuk matrik konduktansi orde 2x2 atau
aturan Cramer untuk matrik konduktansi orde 3x3 atau lebih.
Apabila diantara dua titik simpul terdapat
sumber tegangan bebas maupun sumber tegangan tak bebas, maka diantara kedua
titik simpul tersebut terbentuk titik simpul istimewa (supernode). Adanya titik simpul istimewa mengurangi persamaan KCL
yang dihasilkan. Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini, daerah yang berwarna
hijau adalah titik simpul istimewa yang terbentuk antara dua titik simpul.
Hanya satu persamaan KCL yang diperlukan yaitu persamaan KCL pada titik simpul
istimewa saja.
TitikSimpul Istimewa:
Jika vs,is,R1,R2,R3
diketahui maka v1 dapat dicari melalui persamaan diatas.
Titik simpul istimewa adalah
hubungan antara dua titik simpul yang diantara keduanya terdapat sumber
tegangan bebas maupun sumber tegangan tak bebas.
CONTOH:
Dit : vx=...
Penyelesaian :
Dari gambar
diketahui : vx = v2 (tegangan pada titik simpul 2)
Titik Simpul 1:
Titik Simpul 2:
4.2 ANALISIS MATA JALA ( MESH
ANALYSIS )
Analisis mata jala (Mesh Analysis) adalah metoda analisis rangkaian yang berdasarkan
pada prinsip Hukum Kirchoff Tegangan (KVL). Matajala adalah bentuk khusus dari
sebuah loop. Matajala adalah loop yang tidak mengandung loop lain didalam
siklus tertutupnya. Metode mata jala ini hanya berlaku pada rangkaian planar.
Metode mata jala dilakukan dengan membuat
persamaan KVL pada siklus tertutup mata jala tersebut. Apabila suatu rangkaian
mempunyai N buah mata jala maka persamaan KVL yang dihasilkan N buah.
Persamaan KVL ini biasanya dituliskan dalam bentuk
matrik :
Variabel yang dicari
dalam analisis mata jala adalah arus mata jala.
Arus mata jala
adalah arus yang mengalir pada elemen yang dilewati jalur mata jala. Arus mata
jala diberi arah searah dengan jarum jam. Arus mata jala bukan merupakan arus
cabang, tetapi hanyalah “dummy current”.
Sehingga arus yang mengalir pada suatu elemen yang dilalui oleh dua mata jala
adalah jumlah aljabar dari arus dua mata jala.
4.2.1 Rangkaian dengan
Sumber Tegangan
Perhatikan rangkaian
yang mengandung sumber tegangan dibawah ini:
Rangkaian diatas terdiri dari 3 buah mata jala.
Persamaan KVL dituliskan untuk masing-masing mata jala.
Mata jala 1:
Mata jala 2:
Mata jala 3:
Ke tiga persamaan diatas dituliskan dalam bentuk matrik
Arus mata jala i1,i2,i3 dicari dengan
aturan Cramer .
4.2.1 Rangkaian dengan
Sumber Arus
Metode
analisis mata jala pada rangkaian dengan sumber arus lebih mudah dibandingkan
dengan sumber tegangan. Arus mata jala sama dengan arus sumber yang mengalir
pada mata jala tersebut.
Dari rangkaian diatas, arus mata jala 1 dan 3 langsung diketahui :
i1
= is1
i3
= is3
Sehingga hanya satu arus mata jala yang dicari yaitu i2.
Persamaan KVL yang perlukan hanya satu saja yaitu pada mata jala dua:
Mata Jala 2 :
Pada rangkaian dengan sumber arus, persamaan KVL menjadi berkurang sejumlah
sumber arus yang ada.
Apabila sumber arus berada pada dua mata jala
seperti gambar dibawah ini:
is
= i2 –i1
Untuk mendapatkan arus
mata jala, rangkaian dapat diandaikan dengan membuat suatu mata jala super
(supermesh) dimana sumber arus is dimisalkan hubung terbuka :
Mata jala super
Mata jala super adalah suatu mata jala yang lebih
besar yang dihasilkan dari dua mata jala yang mempunyai sumber arus bebas
maupun sumber arus tak bebas bersama diantara dua mata jala.
CONTOH :
Dik
: R1 = R2 = 1W
R3 = 28W
Dit
: i1,i2,i3 = ....
Penyelesaian :
Mata
jala super :
ATURAN
CRAMER :
dituliskan
dalam bentuk matrik :
Ax = b
Maka
aturan Cramer mengatakan bahwa solusi untuk variabel x yang tidak diketahui, xk,
dari sekumpulan persamaan diatas adalah :
Dimana
:
D : deterrminan dari matrik A
Dk : determinan
dari matrik A yang kolom ke k-nya
diganti dengan kolom b
Determinan
5.1 TEOREMA SUPERPOSISI
Prinsip superposisi menyatakan bahwa untuk rangkaian
linier yang terdiri dari elemen-elemen linier dan sumber bebas, kita dapat
menentukan respon total dari rangkaian dengan mencari respon terhadap
masing-masing sumber bebas dengan membuat sumber bebas lain menjadi tidak aktif
dan kemudian menjumlahkan respon-respon dari masing-masing sumber bebas tersebut.
Respon yang dicari bisa berupa arus ataupun tegangan dari suatu elemen.
Biasanya prisip superposisi dilakukan pada rangkaian yang mengandung dua sumber
bebas atau lebih.
Pada rangkaian linier yang mengandung sumber bebas,
tegangan atau arus pada suatu elemen bila dicari dengan prinsip superposisi
dilakukan dengan terlebih dulu mencari tegangan
atau arus dengan satu sumber bebas saja, sedangkan sumber yang lain di
nonaktifkan dengan cara mengganti sumber arus bebas dengan suatu hubung terbuka
(open circuit) dan sumber tegangan bebas dengan suatu hubung
singkat (short circuit). Setelah itu tegangan
atau arus didapat dengan
menjumlahkan respon tegangan atau arus
dari masing-masing sumber bebas.
Untuk rangkaian dengan N buah sumber bebas, secara
sistematik urutan-urutan pengerjaan prinsip superposisi adalah :
1.
Buat rangkaian sehingga hanya mempunyai satu sumber
bebas (tegangan / arus). Sumber bebas yang lain (N-1 buah) dibuat tidak aktif.
Jika sumber bebas itu adalah sumber arus maka diganti dengan suatu hubung
terbuka (open circuit). Tetapi jika
sumber tegangan diganti dengan suatu hubung singkat (short circuit). Carilah respon tegangan atau arus.
2. Ulangi langkah pertama tetapi dengan
sumber bebas yang lain yang diaktifkan , sedangkan sumber bebas pada langkah
pertama menjadi tidak aktif.
3. Lakukan terus sampai semua sumber bebas (N
buah) dipakai sebagai sumber aktif.
4. Jumlah respon tegangan atau arus dari N
buah sumber bebas.
Yang harus diingat bahwa
sumber yang dapat di-nonaktifkan adalah sumber bebas sedangkan sumber tak bebas
tidak dapat dinonaktifkan.
CONTOH :
Dit
: i = ......
Penyelesaian
:
1.
Ambil sumber tegangan 12 V sebagai sumber rangkaian
sedangkan 2 buah sumber arus 3A dan 9A tidak diaktifkan diganti dengan hubung
terbuka (OC)
2.
Ambil sumber arus 3A sebagai sumber rangkaian
sedangkan sumber arus 9A tidak diaktifkan diganti dengan hubung terbuka (OC)
dan sumber tegangan 12 V tidak diaktifkan diganti dengan hubung singkat (SC)
3.
Ambil sumber arus 9A sebagai sumber rangkaian
sedangkan sumber arus 3A tidak diaktifkan diganti dengan hubung terbuka (OC)
dan sumber tegangan 12 V tidak diaktifkan diganti dengan hubung singkat (SC)
4.
5.2TEOREMA THEVENIN
Jika suatu
rangkaian dengan satu sumber atau lebih dan terdiri dari susunan resistor, maka
rangkaian aktif tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan Teorema
Thevenin / Norton. Teorema Thevenin
digunakan untuk menyederhanakan suatu rangkaian sehingga hanya terdiri dari
satu sumber bebas tegangan dan satu buah resistansi yang terhubung seri dengan
sumber tegangan. Rangkaian pengganti Thevenin dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Jika variabel
yang akan dicari adalah arus pada resistansi beban RL, maka
perhitungan akan lebih mudah dengan mengganti sisa rangkaian disebelah kiri
terminal ab dengan sebuah sumber tegangan (Voc) dan sebuah
resistansi pengganti Thevenin (RT). Bila nilai resistansi beban RL
berubah-ubah, maka besar arus dicari hanya dengan membagi sumber tegangan
dengan resistansi seri antara resistansi pengganti Thevenin (RT) dan
resistansi beban RL. Teorema Thevenin sangat berguna untuk mencari
arus, tegangan, atau daya pada suatu elemen yang bersifat variabel (berubah-ubah
nilainya).
Metode untuk
mendapatkan Rangkaian Pengganti Thevenin :
No
|
Jenis Rangkaian
|
Metode Penyelesaian
|
1.
|
Sumber bebas dan resistor
|
a. Cari Rth dengan menonaktifkan semua sumber,
ganti sumber arus dengan hubung terbuka dan sumber tegangan dengan hubung
singkat, dan dilihat dari terminal ab
b. Cari VOC , yaitu tegangan pada
terminal ab saat terminal ab hubung terbuka (dengan semua sumber aktif)
|
2.
|
Sumber bebas dan Sumber tak bebas , dan resistor
|
a. Cari VOC, yaitu tegangan pada
terminal ab saat terminal ab hubung terbuka
b. Cari Isc, yaitu arus hubung
singkat yang mengalir pada terminal ab saat terminal ab dihubung singkat
c. Rth = Voc / Isc
|
3.
|
Sumber tak bebas , dan resistor (tidak ada sumber bebas)
|
a. Tentukan
VOC = 0
b. Hubungkan sumber arus 1 A pada terminal a-b
dan tentukan Vab
c. Rth = Vab / 1
|
CONTOH :
Dit :RangkaianPenggantiThevenin = ..... ?
Penyelesaian :
Pada saat
terminal ab hubung terbuka, tegangan jatuh pada terminal ab (VOC)
sama dengan tegangan jatuh di 10 W :
Gunakan
prinsip superposisi untuk mendapatkan tegangan di 10 W
Resistansi
Thevenin di cari dengan me-nonaktifkan semua sumber, dan terminal ab dianggap
sebagai sumber :
Rangkaian pengganti Thevenin :
CONTOH :
Dit :
Rangkaian Pengganti Thevenin = ..... ?
Penyelesaian
:
Pada saat
terminal ab hubung terbuka, tegangan jatuh pada terminal ab (VOC)
sama dengan tegangan jatuh di 8 W :
Gunakan KVL
:
-48 +28i + 6i +8i = 0
40i = 48
i = 1,2A
Karena
resistor 8W paralel dengan hubung singkat maka R = 0,
sehingga arus isc = i
Gunakan KVL
:
-48 +28i + 6i = 0
32i = 48
i = 1,5A
Rangkaian
Pengganti Thevenin
CONTOH :
Dit :
Rangkaian Pengganti Thevenin = ..... ?
Penyelesaian
:
Pada
terminal ab dipasang sumber arus 1 A
Va = Vab
Persamaan KCL pada a :
Rangkaian Pengganti Thevenin
5.3TEOREMA NORTON
Teorema Norton
digunakan untuk menyederhanakan suatu rangkaian sehingga hanya terdiri dari
satu sumber bebas arus dan satu buah resistansi yang terhubung paralel dengan
sumber arus. Rangkaian pengganti Norton dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Bila nilai
resistansi beban RL berubah-ubah, maka besar arus yang mengalir pada
RL dicari hanya dengan menggunakan konsep pembagi arus antara
resistansi pengganti Thevenin (RT) dan resistansi beban RL.
Teorema Norton sangat berguna untuk mencari arus, tegangan, atau daya pada
suatu elemen yang bersifat variabel (berubah-ubah nilainya).
Metode untuk
mendapatkan Rangkaian Pengganti Norton :
No
|
Jenis Rangkaian
|
Metode Penyelesaian
|
1.
|
Sumber bebas dan resistor
|
a. Cari Rth dengan menonaktifkan semua sumber,
ganti sumber arus dengan hubung terbuka dan sumber tegangan dengan hubung
singkat, dan dilihat dari terminal ab
b. Cari Isc , yaitu arus yang mengalir pada
terminal ab saat terminal ab hubung singkat (dengan semua sumber aktif)
|
2.
|
Sumber bebas dan Sumber tak bebas , dan resistor
|
a. Cari Isc, yaitu arus hubung
singkat yang mengalir pada terminal ab saat terminal ab dihubung singkat
b. Cari VOC, yaitu tegangan pada
terminal ab saat terminal ab hubung terbuka
c. Rth = Voc / Isc
|
3.
|
Sumber tak bebas , dan resistor (tidak ada sumber bebas)
|
a. Tentukan
IsC = 0
b. Hubungkan sumber arus 1 A pada terminal a-b
dan tentukan Vab
c. Rth = Vab / 1
|
Besar tegangan hubung terbuka (VOC) pada rangkaian Thevenin dan
arus hubung singkat (IsC) pada rangkaian Norton memenuhi persamaan:
CONTOH :
Penyelesaian
:
Pada saat
terminal ab hubung-singkat, arus yang mengalir pada terminal ab (ISC)
sama dengan arus yang mengalir pada resistor 4 W :
Resistansi
Norton sama dengan nilai resistansi Thevenin, RTH = 10 W
Rangkaian pengganti Norton :
5.4TRANSFER DAYA MAKSIMUM
Masalah transfer daya adalah masalah yang berkaitan
dengan efisiensi dan efektivitas. Pada kasus transmisi sinyal, masalah utama
adalah mendapatkan sinyal maksimum pada sisi penerima yang berjarak tertentu
dari sisi pengirim. Apabila terjadi pemindahan daya yang maksimum, dimana daya
yang dikirim hampir sama dengan daya yang diterima, berarti sinyal yang
diterima sedikit mengalami noise. Perhatikan rangkaian diatas, dimana rangkaian
sumber A sudah digantikan dengan sebuah rangkaian pengganti Thevenin yang
terdiri dari sebuah sumber Vs dan tahanan RT. Untuk mendapatkan transfer daya maksimum,
harus dilakukan pengendalian pada besar resistansi beban (RL) :
Jika arus i :
Maka besar daya yang ditransfer :
Untuk mendapatkan resistansi beban (RL) dimana transfer / pemindahan daya maksimum dapat terjadi , persamaan daya (pL)
diatas di-diferensialkan orde satu terhadap RL :
Selesaikan persamaan diatas sehingga kita
dapatkan :
RL = RT
Substitusikan RL = RT pada
persamaan pL diatas, maka didapat :
0 Comments